Jumat, 07 Oktober 2011

STOP mengeluh

Jika Anda merasa selalu hidup dalam tekanan, coba lihatlah mereka..
Jika Anda merasa pekerjaan anda sangatlah berat, bagaimana dengan dia??
Bila Anda merasa gaji anda sangat sedikit, bagaimana dengan anak yg malang ini??
Jika Anda merasa belajar adalah sebuah beban, contohlah semangat dia..
Jika Anda sempat merasa putus asa, ingatlah orang ini??
Pantaskah kita mengeluh tentang makanan disaat ia sedang membayangkan makan happy meal??
Jika Anda merasa hidup anda sangat menderita, apakah anda juga merasakan penderitaan seperti orang ini??

Jika Anda merasa hidup Anda tidak adil, bagaimana dengan dia??
Di saat kita kecil dimanja dan di sayang, manjakah mereka?
Tdk merasa bersalahkah kita masih selalu tidak mendengarkan bahkan melawan ibu kita?
 Tanyalah ke dalam diri kita sendiri, dibandingkan dengan mereka, seberapa beruntungkah sebenarnya kita?

Masih pantaskah kita selalu mengeluh akan masalah-masalah “kecil” yang menimpa hidup kita?

Di saat kita dihadapi oleh berbagai rintangan dalam hidup, ingat, kita tidak pernah kehilangan opsi untuk tetap bersyukur..

Bukankah bersyukur merupakan cara paling mudah untuk mencicipi kebahagiaan??

Mari kita Renungkan Bersama..

Selasa, 10 Mei 2011

Biarlah yang miskin berkata, ”Aku Kaya !!!!!!”

Suatu hari, ayah dari suatu keluarga yang sangat sejahtera membawa anaknya bepergian ke suatu negara yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian, dengan maksud menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin.
Mereka menghabiskan waktu berhari-hari disebuah tanah pertaniah milik keluarga yang terlihat sangat miskin.


Sepulang dari perjalanan itu, sang ayah bertanya kepada anaknya.
“Bagaimana perjalanan tadi?”
“Sungguh luar biasa, yah!” jawab anak
“Kamu lihatkan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?” tanya sang ayah.
“Iya, ayah..!” jawabnya
“Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?” tanya ayahnya lagi.


Si anak menjawab, “Saya melihat kenyataan bahwa kita mempunyai seekor anjing, sedangkan mereka memiliki 4 ekor. Kita punya sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ketengah-tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai kecil yang tak terhingga panjangnya. Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri, dan mereka memiliki bintang-bintang dilangit untuk menerangi taman mereka. Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan, dan milik mereka seluas horison. Kita tinggal dan hidup ditanah yang sempit, sedangkan mereka mempunyai tanah sejauh mata memandang. Kita memiliki pelayan yang melayani setiap kebutuhan kita, tetapi mereka melayani diri mereka sendiri. Kita membeli makanan yang akan kita makan, tetapi mereka menanam sendiri. Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita, dan mereka memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka.”
Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa.


Kemudian si anak menambahkan, “Terima Kasih, Ayah!! Akhirnya aku tahu betapa miskinnya diri kita.”

Kamis, 05 Mei 2011

Menyentuh :(

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yg sangat
terpencil. Hari demi hari, org tuaku membajak tanah kering kuning, & punggung mereka menghadap ke langit.
Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yg mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.
Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku & aku berlutut di depan tembok, dgn sebuah tongkat bambu di tangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.
Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.
Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yg melakukannya!”

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami & memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang?
Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.
Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku.
Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama,saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap airmatanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya?
Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah
dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi,telah
cukup membaca banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan
saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu
kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman
sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir.
Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”
Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu…”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu.
Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan,
“Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.”
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca
jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
“Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…”
Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun,
mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu saja.
Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk
memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan
aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini.
Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!” “Mengapa membicarakan masa lalu?”
Adikku menggenggamtanganku.
Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa berpikir ia menjawab, “Kakakku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.
Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.
Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku,

“Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Merenung Sejenak

Kita percaya, setiap kata selalu bermakna bagi setiap orang yang mendengarnya. Setiap kata, adalah layaknya pemicu, yang mampu menelisik sisi terdalam hati manusia dan membuat kita melakukan sesuatu. Kata-kata, akan selalu memacu dan memicu kita untuk menggerakkan setiap anggota tubuh kita, dalam berpikir dan bertindak.
Kita percaya, kata-kata yang santun, sopan, penuh dengan motivasi, bernilai dukungan, memberikan kontribusi positif dalam setiap langkah manusia. Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita. Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberi kebahagiaan kepada orang lain. Menyampaikan keburukan, sebanding dengan setengah kemuraman, namun menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagian itu sendiri. ...


Ingatlah panduan sederhana ini agar bahagia :
1. Bebaskan hatimu dari rasa benci
2. Bebaskan pikiranmu dari rasa khawatir
3. Hiduplah secara sederhana
4. Berilah lebih banyak
5. Berharaplah lebih sedikit

Inpirasi

Beberapa ekor lalat nampak terbang berpesta diatas sebuah tong sampah didepan sebuah rumah.

Suatu ketika anak pemilik rumah keluar dan tidak menutup kembali pintu rumah kemudian nampak seekor lalat bergegas terbang memasuki rumah itu. Si lalat langsung menuju sebuah meja makan yang penuh dengan makanan lezat. “Saya bosan dengan sampah-sampah itu, ini saatnya menikmati makanan segar” katanya.




Setelah kenyang si lalat bergegas ingin keluar dan terbang menuju pintu saat dia masuk, namun ternyata pintu kaca itu telah terutup rapat. Si lalat hinggap sesaat di kaca pintu memandangi kawan-kawannya yang melambai-lambaikan tangannya seolah meminta agar dia bergabung kembali dengan mereka.

Si lalat pun terbang di sekitar kaca, sesekali melompat dan menerjang kaca itu, dengan tak kenal menyerah si lalat mencoba keluar dari pintu kaca. Lalat itu merayap mengelilingi kaca dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan bolak-balik demikian terus dan terus berulang-ulang. Hari makin petang si lalat itu nampak kelelahan dan kelaparan dan esok paginya nampak lalat itu terkulai lemas terkapar di meja.






Tak jauh dari tempat itu nampak serombongan semut merah berjalan beriringan keluar dari sarang nya untuk mencari makan dan ketikamenjumpai lalat yang tak berdaya itu, serentak mereka mengerumuni dan beramai-ramai menggigit tubuh lalat itu hingga mati. Kawanan semut itu pun beramai-ramai mengangkut bangkai lalat yang malang itu menuju sarang mereka.

Dalam perjalanan seekor semut kecil bertanya kepada rekannya yang lebih tua, ” Ada apa dengan lalat ini Pak?, mengapa dia sekarat?”. “Oh.. itu sering terjadi, ada saja lalat yang mati sia-sia seperti ini, sebenarnya mereka ini telah berusaha, dia sungguh-sungguh telah berjuang keras berusaha keluar dari pintu kaca itu namun ketika tak juga menemukan jalan keluar, dia frustasi dan kelelahan hingga akhirnya jatuh sekarat dan menjadi menu makan malam kita”

Semut kecil itu nampak manggut-manggut, namun masih penasaran dan bertanya lagi “Aku masih tidak mengerti, bukannya lalat itu sudah berusaha keras? kenapa tidak berhasil?”. Masih sambil berjalan dan memanggul bangkai lalat, semut tua itu menjawab, “Lalat itu adalah seorang yang tak kenal menyerah dan telah mencoba berulang kali, hanya saja dia melakukannya dengan cara-cara yang sama”.

Semut tua itu memerintahkan rekan-rekannya berhenti sejenak seraya melanjutkan perkataannya namun kali ini dengan mimik & nada lebih serius.


“Ingat anak muda, jika kamu melakukan sesuatu dengan cara yang sama namun mengharapkan hasil yang berbeda, maka nasib kamu akan seperti lalat ini”.......


Rabu, 04 Mei 2011

Ketika Hati Harus Memilih

Janganlah berfikiran sempit, dengan menganggap bahwa kita bisa membahagiakan orang tua hanya dengan menuruti kata-katanya, keinginannya, atau pandangannya. Sekali lagi, orang tua juga manusia yang tidak sempurna, menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Dengarkan saran, nasehat yang orang tua berikan, resapi dan fikirkan. Sesuaikah dengan hatimu? Mampukah kau menjalaninya? Jika engkau masih ragu, ikuti kata hatimu. Walaupun harus bertentangan dengan orang tua, tetapi tidak perlu engkau membantahnya dan beradu mulut dengannya. Cukup diam, tersenyum, dan mengangguk. Lalu, mulailah mengejar cita-citamu secara underground. Tak perlu cengeng, menjadi anak muda yang butuh dorongan orang tua, tetapi tetaplah tegar mengejar apa yang kita impikan. Yakinlah, ketika suatu saat engkau mampu mencapai apa yang kau impikan dan menjadi sukses.
jadi Penulis ternama,


fotografer handal,





Model






orang tua akan berusaha acuh kepadamu. 
Tetapi di dalam hatinya, akan ada sejuta rasa bangga di hatinya...

Bagian terpenting dari tubuhmu...

Ibuku selalu bertanya padaku," Bagian manakah dari tubuhmu yang paling penting?"

Bertahun-tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab, "Telinga, Bu." Tapi, ternyata itu bukan jawabannya.

"Bukan itu, Nak. Banyak orang yang tuli. Tapi, teruslah memikirkannya dan aku menanyakan lagi nanti."

Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. Sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar. Jadi, kali ini aku memberitahukannya. "Bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita."

Dia memandangku dan berkata, "Kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta."

Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun Ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawaban dia selalu, "Bukan. Tapi, kamu makin pandai dari tahun ke tahun, Anakku."

Akhirnya tahun lalu, kakekku meninggal. Semua keluarga sedih. Semua menangis. Bahkan, ayahku menangis. Aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. Ibuku memandangku ketika tiba giliranku untuk mengucapkan selamat tinggal pada kakek.

Dia bertanya padaku, "Apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting, sayang?"

Aku terkejut ketika Ibu bertanya pada saat seperti ini. Aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara Ibu dan aku. Ibu melihat kebingungan di wajahku dan memberitahuku, "Pertanyaan ini penting. Ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar-benar "hidup".

Untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku telah memberitahukan kamu kenapa. Tapi, hari ini adalah hari di mana kamu harus mendapat pelajaran yang sangat penting." Dia memandangku dengan wajah keibuan. Aku melihat matanya penuh dengan air. Dia berkata, "Sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu."

Aku bertanya, "Apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?"

Ibu membalas, "Bukan, tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang-kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap, kamu punya cukup kasih sayang dan teman-teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis kapan pun kamu membutuhkannya."

Akhirnya, aku tahu.
Bagian tubuh yang paling penting adalah tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendiri.
Tapi, simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain.

Orang akan melupakan apa yang kamu katakan.
Orang akan melupakan apa yang kamu lakukan.
Tapi, orang TIDAK akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti.......

Minggu, 01 Mei 2011

RENUNGAN :(

Belajar Yang Semangat YA :D

Apakah Anda - Anda Tega merusak moral mereka?
meski sekolah sudah tak layak, mereka semangat belajar
merekalah generasi bangsa kita...
jangan kalian rusak moral mereka...


sewaktu kecil kita selalu ditanya oleh ayah dan ibunda nak kalau nanti besar kau mau jadi apa?



demi anaknya ibu rela mempertaruhkan nyawanya agar anaknya lahir dengan selamat..
pernahkah terpikirkan seperti itu?
tak ada ibu yang tak menginginkan anaknya jadi orang berguna...
pernahkah terpikir ibunda dan ayahanda berjuang keras agar mampu menyekolahkan anda ?


ibu berjuang untuk kita supaya kita dapat bersekolah...


bunda berjuang demi menyekolahkan agan supaya menjadi orang berguna...
jangan sia-siakan perjuangan ibunda....


manis sekali kenangan masa itu, ketika ibunda mengantarkan kita sekolah....

ibunda selalu mendoakan setiap saat agar menjadi orang berbudi mulia..

apa yang dapat kamu lakukan untuk ibu??

ASTAGHFIRULLAH.....
apa jadinya kalau ibu saya tau inilah yang saya perbuat!


ingatkah masa kecil kita ketika selalu ditimang, dimanja? apa balasannya untuk ibu??

ibu....!!! kenapa ibu menangis???

ibu sudah tua nak.. ibu sudah tak mampu lagi mengawasi kamu nak,
jadilah anak yang sholeh dan buat ibu bangga..






  ya allah....
setiap hari dosa-dosaku selalu menumpuk dan bertambah bagai debu yang tak pernah dibersihkan..
bukakan pintu taubat untuk saya,
saya tak kuasa menahan tangis ketika api neraka menanti saya ya allah...



mari kita mulai dari sekarang sobat, apa yang kita perbuat akan menurun kepada anak2 kita..
kalau kita berbuat baik, maka anak kita akan baik juga, kalau kita jadi orang yang taat anak kita akan taat juga..
tentu kita semua inginn punya anak yang shaleh
mari kita lakukan yang terbaik untuk keluarga kita!!







Sabtu, 30 April 2011

LAIN KESALAHAN LAIN BENCANA..

Hari ini ada lain..
Kesalahan lain bahwa kita telah melakukan terlalu banyak KESALAHAN...
Matahari bersinar dengan kasar..
Membiarkan situasi yang menyedihkan bagi kami...

Menunjukkannya udara emosi...

Rasanya terbakar ketat dalam seribu kali sebelum..
Kami rasa cara yang sama kita mendapatkan penderitaan dan terburuk..

Dan sekarang sudah saatnya, untuk membangunkan diri kita..

Untuk menghapus dosa-dosa kita bersama-sama..
Biarkan merokok akan pergi lepas di semua pohon ini, kita bisa mengatakan itu..!!

Berhenti sekarang,,,!!

Berhenti sekarang...!!!
Apakah Anda ingin hidup di dalam dunia yang rusak ini??
Aku tahu kalian bisa bangun untuk memperbaikinya....
Bersatu hati kita, rumput hijau kecil ini menjadi sebuah foto...
Untuk menjadi dunia yang lebih baik hari ini..

Ini belum terlambat untuk mengaku diri..

Jadi lain yang dapat mendengarkan...
Kami rasa cara yang sama penderitaan kita kemudian mendapatkan terburuk...

Mulai memikirkan untuk menghentikan...

Atau Anda akan hidup di dalam dunia yang rusak ini...
Aku tahu kau bisa naik untuk memperbaikinya..!!

9 Hal² Yg Tdk Dimengerti wanita n Jwbannya

1. Cewek tidak akan pernah tahu mengapa cowok harus berani..
karena cowok tahu, walau tampak dari luar mereka berani, sebenarnya cowok paling lemah.walaupun demikian cowok selalu ingin menjaga orang terpentingnya yg ada disisinya ingin dinilai terbaik.

2. Cewek tidak akan pernah tahu mengapa cowok tidak suka menangis
cowok bukan tidak punya airmata, tapi cowok tahu, sekali meneteskan airmata, perasaan ini akan berakhir.

3. Cewek tidak akan tahu, disaat cowok itu putus dengan cewek, cowok tetap akan melindunginya dari jauh
karena cowok tahu, skrg hanya lah sebatas teman..
hanya ingin mengenang akan kenangan yg pernah ada antara mereka berdua

4. Cewek tidak akan tahu, disaat cewek dijahili, cowok akan sangat marah demi untuk membela ceweknya
karena cowok tahu, walau dia akan kalah, tapi ia tetap merasa senang karena dapat melindungi org yang disayanginya
cowok lebih memilih dia yang sakit daripada ceweknya

5. Cewek tidak akan tahu disaat cowok putus cinta, cowok akan berusaha untuk memabukkan dirinya sendiri
karena cowok tahu, jika sekarang ini dia tidak mabuk, ia akan melewati hari yg sangat susah, karna ia masih menginginkannya

6. Cewek tidak akan tahu, mengapa cowok mesti bersifat tidak pelit
karena, cowok rela jika dia sendiri yang irit, dan tidak akan mau diremehkan orang lain.

7. Cewek tidak akan tahu mengapa cowok selalu memarahi cewek
karena cowok tahu, memarahi seseorang yg dicintai bukanlah cinta, tapi mending cowok menjadi peran jahat dari pada disuatu saat nanti ceweknya dimarahi dan dibohongin orang lain

8. Cewek tidak akan pernah tahu mengapa cowok cemburu akan masa lalu dengan mantan cewek
bukan berarti cowok tidak pede akan perasaannya dengan cewek, tetapi cowok takut akan kehilangan ceweknya..

9. Cewek tidak akan tahu mengapa cowok tidak ngomongin I LOVE U dengan cewek nya
Bukan cowok tidak mau tetapi mereka ngerti, beribu² kata I Love U tidak akan cukup jika cowok itu tidak mampu mempertahankan cewek itu ke pelaminan

virtual world

ketika semua tidak sesuai dengan harapan kita dan ketika semuanya harus berakhir dengan tetesan air mata

when all are not in accordance with our expectations
and when it should end up with tear drops
then there was we would understand the meaning of life ..
all false ..
opaque and not real ..

This world is just a stage ..
all seem real ..
but it is apparent ..

artificiality is covered by the masks ...

This artificiality sometimes look so real ..
until all the people swept up by it ..

Me and you ...
will never be aware of all that ...

KATA BAPAK SAYA

Kalo kata bapak saya,
Jadilah orang yang teguh pendirian...
Jangan mudah terombang-ambing lingkungan sekitar atau budaya luar.
Katanya budaya indonesia gotong royong,
Gara2 orang kota itu mudah terpengaruh budaya barat,
Jadi lupa gotong royong..
Mematikan karakter bangsa.

Biar kuat, tirulah ikan laut.
Daging mereka itu tawar
Padahal air tempat mereka hidup asin.
Mereka asin karena digarami trus dijemur
atau diolah dengan bumbu2 lainnya.
sebenarnya dagingnya tawar, ga asin.

Ga peduli dimana tempatnya,
Karakter pribadi jangan sampai dilupakan.
Ya, semoga kita bisa jadi rakyat yang ga kampungan.
ga gampang kaget, heran dan bereaksi lebay.
Biar negeri ini ga cepet mati.
Aamiin....

_semoga bermanfaat.

MAAF JIKA AKU BARU SADAR

Maaf jika aku baru tersadar...
Bahwa sudah terlalu banyak keringat yang keluar dari kulitmu
Hingga tak mampu aku seka walau dengan sejuta handuk
Karena sudah membanjiri dan menggenangi setiap lantai yang kupijak
Maaf jika aku kini tercenung
Karena terperangah oleh gundukan kebijakan
Yang telah kau pikirkan, katakan, dan kau lakukan
Hingga rasanya segunung uang yang telah kukumpulkan
Tak mampu untuk membayar semuanya

Maaf jika aku baru melihat
Banyaknya luka di otak dan tubuhmu
Tersayat oleh segala kekurangan dan ketidakberdayaanku
Terhujam dan tertikam oleh tindak tanduk yang tiada berkenan
Maaf jika aku tidak memperhatikan
Berjuta keluh dan lenguh lelah yang kau teriakkan di kesunyian kala sendiri
Sembunyi agar tiada dari anakmu terbangun karenanya di tengah malam
Dan kembali ke dunia mimpi dengan ketidakberdayaan jiwa

Aku tahu engkau telah hidup di dua alam sejak dulu
Siang kau sibuk bagai semut yang tak kenal lelah
Dan malam kau beterbangan bagai kelelawar lapar yang tak kenal bosan mengepak sayap
Aku juga tahu bahwa kau telah tutupi sakit dan perihmu
Karena ketegaran itu harus kau tunjukkan agar kami tiada berteriak lapar dan sedih
Kini usiamu telah lanjut seperti bunga yang kembali merunduk setelah 1 minggu mekar
Gurat gurat lemas di wajahmu mulai berlomba untuk bersolek
Dan ritme nafasmu yang semakin lemah perdengarkan hembusannya

Hai ayah......
ini aku tulis sebuah surat janji padamu
Rumah Allah yang ingin kau bangun nanti dalam tiga kali hela nafas akan terbangun
Kebahagiaan masa tuamu dalam satu kedip mata akan bawakan tandu untuk membawamu
Istana dunia yang ingin kau dapatkan.dalam satu sebut kau panggil namaku kau akan berada didalamnya
Ketenangan jiwa yang kau idamkan dalam dua kali teriakmu akan terbirit birit untuk menghadapmu
Senyum senyum puas dalam dua kali kau jejak bumi akan tergantung dengan manis di wajahmu
Segarnya udara pagi tanpa bebani..akan selalu menyapamu tanpa kau mimpikan terlebih dulu
Dan peluk istri tercintamu akan selalu dapat kau rasakan karena tak akan pernah ku biarkan ia mengkhawatirkan kebutuhanku

Surat janjiku ini adalah sumpah atas nyawaku
Surat janji ini adalah harta yang menjadi jaminan atas kebahagiaanku
Jika boleh maka biar kutukarkan semua nafas yang kumiliki dengan terkabulkannya isi suratku
Sebelum aku melihat ayah menangis bahagia dan memelukku atas terciptanya mimpimu
Maka tak akan pernah kubiarkan tubuh ini beristirahat hingga jatuh dan terkulai untuk selamanya
Hidupku untuk kebahagiaanmu wahai orangtuaku percaya dan yakinlah aku mampu menghadapi hari  esok.